JAKARTA – Sema JETP Indonesia (Kemitraan Transisi Energi yang Berkeadilan) dinilai belum mampu bersaing dengan skema pendanaan dari bank-bank multilateral dunia.
JETP Indonesia diluncurkan pada November 2022, memiliki komitmen awal sebesar USD 10 miliar dari negara-negara anggota International Partners Group (IPG).
Dan USD 10 miliar tambahan dari sektor swasta melalui Glasgow Financial Alliance for Net Zero (GFANZ).
ADVERTISEMENT
Baca Juga:
Pertamina Raih Green World Awards 2025 for Environmental: Hijau dari Jawa, Bergema di Auckland

SCROLL TO RESUME CONTENT
Pengamat energi terbarukan yang juga dosen Program S2 Jurusan Energi Terbarukan, Universitas Darma Persada, Riki Ibrahim mengatakan hal itu di Jakarta, Kamis (8/5/2025).
“Lembaga baru ini (JETP) belum memiliki pengalaman dalam hal pendanaan. Hal ini pada akhirnya menyulitkan para sponsor pendana untuk melanjutkan pencairan dana.”
“Terutama karena sebagian besar berbentuk pinjaman komersial dengan bunga yang lebih rendah dibandingkan pinjaman pasar.”
Baca Juga:
Jasa Siaran Pers Persriliscom Melayani Publikasi ke Lebih dari 150 Media Online Berbagai Segmentasi
CSA Index Tembus Level 73,3, Sinyal Kuat IHSG Akan Menguat di Tengah Pemulihan Ekonomi
Pendiri Microsoft Bill Gates Terima Bintang Kehormatan, Presiden Prabowo Subianto Ungkap Alasannya
“Serta fasilitas blended finance yang seharusnya mendukung proyek-proyek transisi energi di Indonesia,” ungkap Riki.
Ia menambahkan bahwa dana hibah dan bantuan teknis yang telah disalurkan sejauh ini telah digunakan untuk mendukung sejumlah program transisi energi.
Seperti studi pengembangan infrastruktur energi terbarukan, efisiensi energi, serta program pensiun dini PLTU.
Energi Terbarukan Belum Bersaing dengan Sektr Migas dan Batubara
Riki yang saat ini juga menjabat sebagai Dewan Pakar Masyarakat Ketenagalistrikan Indonesia (MKI) dan Majalah Listrik Indonesia itu menjelaskan pasar di sektor kelistrikan.
Baca Juga:
KESDM Wajibkan 7 Perusahaan Lakukan Hilirisasi, Termasuk PT Adaro Indonesia dan PT Kaltim Prima Coal
BUMN Care Dorong Lakukan Evaluasi Serius atas Insiden Blackout PLN di Bali, Cikarang, dan Bekasi
“Pasar Energi Terbarukan Indonesia itu belum dapat bersaing layaknya sektor Migas dan Batubara di pasar International seperti di negara maju,” kata Riki.
“JETP Indonesia sebaiknya dibubarkan saja. Namun, seluruh pendanaan dari para sponsor yang telah berkomitmen sebaiknya dialihkan kepada masing-masing bank multilateral di dunia.”
“Dana tersebut dapat dimanfaatkan sebagai insentif pembiayaan teknologi bagi negara-negara sponsor anggota JETP.”
“Serta untuk mendanai program edukasi mengenai penerapan prinsip ESG secara komprehensif kepada seluruh pemangku kepentingan.”
“Termasuk masyarakat di sekitar proyek Energi Terbarukan di Indonesia,” kata Riki.
“Biaya untuk mematikan lebih awal PLTU hingga tahun 2035—padahal kontraknya baru berakhir 2042—mencapai USD 250 hingga 300 juta.”
“Atau setara Rp 3,9 hingga 4,7 triliun dan justru membebani generasi mendatang, sementara manfaat pengurangan emisinya hanya sekitar 30 juta ton”.
“Indonesia memiliki PT SMI (Persero) dan PT PII (Persero) yang berpengalaman mendampingi Multilateral Bank Dunia.”
“Alokasi realisasi pendanaan kepada kedua BUMN, SMV Kementerian Keuangan akan banyak manfaatnya daripada membentuk JETP Indonesia”, ujar Riki.
Pendapatan Masyarakat Masih jdi Bawah Angka USD 2.500 per Bulan
Rata-rata pendapatan masyarakat Indonesia menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita Indonesia pada tahun 2024 tercatat sebesar Rp 78,62 juta.
Yang setara dengan USD 4.960 per tahun (dengan asumsi kurs Rp 15.850 per USD), atau sekitar USD 413 per bulan.
“PDB per kapita itu, tidak sepenuhnya mencerminkan pendapatan individu, tetapi memberikan gambaran umum tentang tingkat kesejahteraan masyarakat” tutur Riki.
Secara keseluruhan, meskipun ada peningkatan, pendapatan masyarakat Indonesia rata-rata, tetapi masih jauh berada di bawah angka USD 2.500 per bulan.
“Proyek Energi Terbarukan untuk pemanfaatan tidak langsung atau untuk ketenagalistrikan itu masih sangat perlu di bantu pendanaannya oleh multilateral bank dunia.”
“Karena harga listrik untuk masyarakat Indonesia serta bunga pinjaman pendanaan proyek Energi Terbarukan itu masih harus rendah”, ujar Riki.
Lembaga JETP Indonesia sudah pasti akan lebih tinggi bunganya karena masih perlu memerlukan pengeluaran besar di awal.
Untuk mendirikan/menetapkan/membentuk dan menetapkan → organisasi dan Lembaga kerja seperti multilateral bank dunia.
Dana Hibah JETP Belum Dirasakan Manfaatnya oleh Masyarakat
Riki berpendapat bahwa “hibah yang sudah dikeluarkan itu belum dirasakan manfaatnya oleh masyarakat Indonesia”.
Lebih dari 90% masyarakat Indonesia dari total sekitar 270 jiwa penduduk Indonesia, belum memahami pentingnya dan manfaat JETP Indonesia.
“Apalagi pendanaan ini pada akhirnya dibebani kepada anak cucu kita semua”, ujar Riki.
Skema pembiayaan ini menggunakan pendekatan blended finance.
Yang menggabungkan modal konsesional dari dana filantropi dan investasi publik dengan modal dari sektor swasta, termasuk dari multilateral bank dunia.
Riki menambahkan, seharusnya, hibah sekitar USD 155 juta ditambah USD 157 juta dalam bentuk bantuan teknis dialokasikan untuk program edukasi.
Mengenai penerapan safeguard ESG secara komprehensif bagi seluruh pemangku kepentingan dalam proyek-proyek Energi Terbarukan di Indonesia.
Indonesia memiliki potensi sumberdaya energi terbarukan yang melimpah di dunia.
“Seluruh pemangku kepentingan, termasuk pemerintah dan DPRD di daerah, masih sangat perlu memahami pentingnya penerapan Safeguard ESG secara komprehensif,” ungkap Riki.
Hal ini diperlukan agar dapat disusun kebijakan dan regulasi yang mendukung implementasi Safeguard ESG dalam proyek-proyek Energi Terbarukan, dari Sabang di ujung barat Indonesia hingga Merauke di Kabupaten Merauke, Provinsi Papua Selatan.
Diketahui, mantan Direktur Utama PT GeoDipa Energi (Persero)Riki Ibrahim juga telah menyampaikan pandanganya terkait JETP Indonesia,.pada hari Jumat, 2 Mei 2025, di Hotel Pullman Thamrin.
Acara ini disponsori oleh Climate Investment Funds (CIF) dan difasilitasi oleh Climate Action Network Southeast Asia (CANSEA).***
Untuk publikasi press release serentak di puluhan media lainnya klik Persrilis.com, kami melayani Jasa Siaran Pers di lebih dari 175an media.
Sedangkan untuk publikasi press release serentak di media mainstream (media arus utama) atau Tier Pertama, silahkan klik Publikasi Media Mainstream.
Sapulangit Media Center (SMC) juga melayani kebutuhan untuk bulk order publications (ribuan link publikasi press release) untuk manajemen reputasi: kampanye, pemulihan nama baik, atau kepentingan lainnya.
Untuk informasi, dapat menghubungi WhatsApp Center Pusat Siaran Pers Indonesia (PSPI): 085315557788, 08557777888, 087815557788
Pastikan juga download aplikasi Hallo.id di Playstore (Android) dan Appstore (iphone), untuk mendapatkan aneka artikel yang menarik. Media Hallo.id dapat diakses melalui Google News. Terima kasih.
Sempatkan untuk membaca berbagai berita dan informasi seputar ekonomi dan bisnis lainnya di media Infotelko.com dan Infoekonomi.com
Simak juga berita dan informasi terkini mengenai politik, hukum, dan nasional melalui media 23jam.com dan Haiidn.com
Informasi nasional dari pers daerah dapat dimonitor langsumg dari portal berita Hallotangsel.com dan Haisumatera.com