Minyak Mentah Diperkirakan Tidak Sentuh USD 100 Meski Ada Ketegangan Geopolitik

Pemerintah antisipasi potensi eskalasi di Timur Tengah dan intervensi AS terhadap OPEC+ sebagai variabel penentu harga minyak global

Avatar photo

- Pewarta

Kamis, 3 Juli 2025 - 08:28 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. (facebook.com @Sri Mulyani Indrawati)

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. (facebook.com @Sri Mulyani Indrawati)

MENTERI Keuangan Sri Mulyani Indrawati, menyampaikan proyeksi harga minyak dunia pada semester II tahun 2025 berada di kisaran USD 66 hingga USD 94 per barel.

Hal ini mencerminkan volatilitas pasar yang tinggi akibat dinamika geopolitik dan respons kebijakan negara produsen minyak utama.

Dalam pernyataan resminya di Jakarta, Rabu (2/7/2025), Menkeu menjelaskan mengenai menjadi variabel utama yang membentuk proyeksi tersebut.

ADVERTISEMENT

RILISPERS.COM

SCROLL TO RESUME CONTENT

Antara lain ketegangan geopolitik di Timur Tengah, intervensi Amerika Serikat terhadap OPEC+, serta pembukaan peluang kesepakatan dagang antara AS dan Tiongkok

“Kami memperkirakan (harga minyak) cukup lebar, antara 66 hingga 94 dolar AS per barel di semester II,” ujar Sri Mulyani, dikutip dari laman resmi Kementerian Keuangan.

Meskipun sempat terjadi lonjakan harga akibat eskalasi militer di Iran, pasar masih menaruh ekspektasi bahwa harga tidak akan menyentuh ambang psikologis USD 100 per barel hingga akhir tahun, kecuali terjadi gangguan besar pasokan minyak global.

“Semoga tetap terjaga suasana kondusif dari sisi geopolitik dan perang di Timur Tengah,” tambahnya.

Lembaga Global Punya Prediksi Berbeda Terkait Harga Minyak Dunia

Menkeu Sri Mulyani mencatat bahwa sejumlah lembaga internasional memiliki proyeksi beragam terhadap harga minyak pada periode yang sama, mencerminkan berbedanya metodologi dan asumsi makro ekonomi global yang digunakan.

Menurut Lembaga Energi Internasional (IEA), harga minyak mentah berpotensi bertengger pada level USD 66 per barel, sejalan dengan ekspektasi akan melemahnya permintaan energi global akibat perlambatan ekonomi.

Sementara itu, Bloomberg Intelligence mematok harga minyak dunia di angka USD 69 per barel, mengantisipasi kenaikan pasokan dari produsen non-OPEC seperti AS dan Kanada.

Di sisi lain, Bank Dunia mengambil pendekatan lebih konservatif dengan menempatkan harga minyak pada level USD 64 per barel, seiring dengan prospek stabilitas geopolitik dan normalisasi pasokan dari Timur Tengah.

Perbedaan pandangan ini menunjukkan pentingnya bagi investor dan pelaku pasar untuk terus mencermati perkembangan harian pasar energi serta respons kebijakan negara-negara G7 terhadap dinamika pasokan minyak.

Intervensi Amerika Serikat, OPEC+, dan Potensi Normalisasi Pasokan

Menurut Sri Mulyani, ekspektasi pasar saat ini banyak ditentukan oleh keputusan OPEC+ terkait rencana peningkatan produksi pada paruh kedua tahun 2025, yang menjadi respons atas permintaan AS untuk mendorong stabilisasi harga dan menghindari tekanan inflasi energi.

Langkah Amerika Serikat yang mendorong peningkatan pasokan minyak mulai Juli 2025 bertujuan untuk menekan harga energi domestik menjelang pemilu nasional, serta menjaga stabilitas global pasokan energi.

“Masih ada sinyal bahwa OPEC+ akan melanjutkan rencana peningkatan produksi secara bertahap,” kata Menkeu dalam paparannya.

Hal ini dinilai akan menjadi penyeimbang terhadap potensi gangguan suplai dari kawasan konflik seperti Gaza, Yaman, dan Iran.

Namun demikian, investor tetap disarankan untuk memantau dengan seksama potensi disrupsi logistik dan produksi akibat gejolak regional yang tidak terduga.

Termasuk serangan terhadap infrastruktur energi seperti kilang minyak dan terminal ekspor utama.

Outlook Lifting Minyak dan Gas Semester II 2025 Tetap Moderat

Selain harga, pemerintah juga memproyeksikan angka lifting (produksi siap jual) minyak dan gas nasional yang relatif stabil untuk semester II 2025, meskipun menghadapi tantangan dari sisi teknis dan keekonomian produksi.

Volume lifting minyak diproyeksikan berada pada kisaran 593.000 hingga 597.000 barel per hari, termasuk tambahan produksi dari lapangan strategis Banyu Urip yang menjadi salah satu tulang punggung produksi migas nasional.

“Untuk lifting minyak, kami sampaikan tambahan dari Banyu Urip, yaitu antara 593 ribu hingga 597 ribu barel per hari,” ujar Sri Mulyani dalam Rapat Paripurna DPR.

Sementara itu, lifting gas diproyeksikan pada angka 976.000 hingga 980.000 barel setara minyak per hari (bsmph), dengan catatan masih berada di bawah level satu juta barel per hari seperti yang ditargetkan dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2025.

Hal ini menunjukkan perlunya investasi tambahan di sektor hulu migas untuk mendukung keberlanjutan pasokan domestik dan ekspor, sekaligus menjaga defisit neraca migas agar tidak membebani stabilitas eksternal negara.

Harga ICP Turun di Semester I, Potensi Naik di Semester II

Harga minyak mentah Indonesia (ICP) pada semester I tahun 2025 menunjukkan tren penurunan, dipengaruhi oleh lemahnya permintaan global serta arah kebijakan luar negeri yang lebih cenderung ke arah diplomasi dagang dan stabilitas kawasan.

ICP sempat menyentuh level USD 67 per barel pada Mei 2025, setelah sebelumnya stabil di atas USD 70 per barel pada kuartal pertama, mencerminkan tekanan pasar global akibat proyeksi pelambatan ekonomi di Eropa dan Tiongkok.

Namun, tren ini diperkirakan akan berbalik pada semester II jika gangguan pasokan akibat konflik meningkat, dan belum ada realisasi signifikan dari peningkatan produksi OPEC+.

Investor sebaiknya mencermati indikator utama seperti jumlah rig aktif di AS, kebijakan ekspor Tiongkok, dan data permintaan bahan bakar dari India sebagai barometer arah harga minyak global.

Kesimpulan dan Rekomendasi untuk Investor Sektor Energi dan Komoditas

Proyeksi harga minyak dunia yang disampaikan oleh Menkeu Sri Mulyani mengindikasikan adanya ruang volatilitas yang luas, dengan potensi upside maupun downside tergantung dinamika geopolitik dan kebijakan energi global.

Dengan rentang harga USD 66 hingga USD 94 per barel, pelaku pasar disarankan untuk melakukan lindung nilai (hedging), memperkuat strategi portofolio berbasis komoditas, serta meningkatkan eksposur pada saham sektor energi yang resilient terhadap fluktuasi harga.

Selain itu, pelaku industri perlu memantau regulasi domestik yang berkaitan dengan fiskal migas, pajak karbon, dan insentif energi terbarukan, yang akan memengaruhi profitabilitas sektor hulu dan hilir dalam jangka menengah.

Bagi investor ritel, konsistensi OPEC+, kebijakan ekspansi fiskal AS, dan ketegangan geopolitik di Timur Tengah akan menjadi faktor utama yang menentukan arah harga dan risiko pada paruh kedua tahun ini.***

Sempatkan untuk membaca berbagai berita dan informasi seputar ekonomi dan bisnis lainnya di media Infopeluang.com dan Ekonominews.com.

Simak juga berita dan informasi terkini mengenai politik, hukum, dan nasional melalui media Lingkarin.com dan Kontenberita.com.

Informasi nasional dari pers daerah dapat dimonitor langsumg dari portal berita Hallokaltim.com dan Apakabarbogor.com.

Untuk mengikuti perkembangan berita nasional, bisinis dan internasional dalam bahasa Inggris, silahkan simak portal berita Indo24hours.com dan 01post.com.

Pastikan juga download aplikasi Hallo.id di Playstore (Android) dan Appstore (iphone), untuk mendapatkan aneka artikel yang menarik. Media Hallo.id dapat diakses melalui Google News. Terima kasih.

Kami juga melayani Jasa Siaran Pers atau publikasi press release di lebih dari 175an media, silahkan klik Persrilis.com

Sedangkan untuk publikasi press release serentak di media mainstream (media arus utama) atau Tier Pertama, silahkan klik Publikasi Media Mainstream.

Indonesia Media Circle (IMC) juga melayani kebutuhan untuk bulk order publications (ribuan link publikasi press release) untuk manajemen reputasi: kampanye, pemulihan nama baik, atau kepentingan lainnya.

Untuk informasi, dapat menghubungi WhatsApp Center Pusat Siaran Pers Indonesia (PSPI): 085315557788, 087815557788.

Dapatkan beragam berita dan informasi terkini dari berbagai portal berita melalui saluran WhatsApp Sapulangit Media Center

Berita Terkait

Kesepakatan FTA Indonesia–Eropa: Momentum Penting bagi Pertumbuhan dan Ekspor
Kuasi Reorganisasi BUMI Disetujui Mayoritas Pemegang Saham dan OJK
Impor Sapi Hidup Bebas Kuota Dimulai, Siapa Diuntungkan, Siapa Tersingkir?
PLN Dipimpin Lagi oleh Darmawan Prasodjo, Direksi Kini 11 Orang
Giant Sea Wall: AHY Tawarkan MoU Investasi Belanda Kini

Berita Terkait

Senin, 14 Juli 2025 - 08:12 WIB

Kesepakatan FTA Indonesia–Eropa: Momentum Penting bagi Pertumbuhan dan Ekspor

Kamis, 3 Juli 2025 - 08:28 WIB

Minyak Mentah Diperkirakan Tidak Sentuh USD 100 Meski Ada Ketegangan Geopolitik

Selasa, 1 Juli 2025 - 14:02 WIB

Kuasi Reorganisasi BUMI Disetujui Mayoritas Pemegang Saham dan OJK

Rabu, 25 Juni 2025 - 14:04 WIB

Impor Sapi Hidup Bebas Kuota Dimulai, Siapa Diuntungkan, Siapa Tersingkir?

Kamis, 19 Juni 2025 - 08:04 WIB

PLN Dipimpin Lagi oleh Darmawan Prasodjo, Direksi Kini 11 Orang

Berita Terbaru

Presiden RI Prabowo Subianto. (Facebook.com @Prabowo Subianto)

Mineral & Batubara

Indonesia-AS Negosiasi Tarif Impor: Fokus pada Hilirisasi Tembaga Nasional

Rabu, 16 Jul 2025 - 13:29 WIB

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia. (Dok. Esdm.go.id)

Mineral & Batubara

Harga Batu Bara Global Melemah, HBA RI Turun ke USD 97,65 per Ton Juli 2025

Rabu, 16 Jul 2025 - 09:22 WIB

Volume penjualan ekspor PTBA naik 30%, jadi penopang laba di tengah koreksi harga Newcastle dan ICI-3. (Dok. PT Bukit Asam)

Mineral & Batubara

PT Bukit Asam Bayar Dividen Rp3,83 T di Tengah Tekanan Harga Global

Jumat, 11 Jul 2025 - 11:18 WIB